Bendera Setengah Tiang di Jantung Harapan

Aku telah mendongeng sejak tahun 1945 :

1. Menjahit

Seutas benang putih tak lagi bersih

Ibu jari kian tenggelam dalam saliva pedih

Jiwa nyonya janda sungguh perih

Dibuai perlahan setengah nyawa yang sedih


Kurasa ibu menegur,

Sudahlah, Nduk. Buat apa kau rawat dia?

Aku mengambil jarum lagi

Aku menyambung benang merah lagi

Aku menjahit lagi


Kurasa bapak ikut menegur,

Yang mati biarlah, yang hidup ikhlaslah!

Ibu jari kian menodai kesucian kain putih

Biar sama-sama dalam pangkuan dia

Seperti dulu, dikecup sayang nafas merah lelakinya


2. Mengibarkan

Tiap lautan masih terjamah

Tiap kapal-kapal masih berlayar

Pelakon kulit putih masih berdagang

Hatinya masih dan akan selalu tertinggal


Tangan dan kaki nyonya janda nyata kuat

Sedang panji perang sungguh salah kaprah

Dipeluk lembut dua kain hasil jahitan

Manik netra menatap ujung ke ujung sebuah tiang


Tangan dan kaki nyonya janda nyata kuat

Sedang bumi Maluku sungguh tak berdaya

Diikatnya tali itu dengan telaten

Lantas, duaja berhenti di tengah jalan

Sayup-sayup alam pun menunduk hikmat pada tiang,

Pada harapan,

Pada kekasihnya.


Kunci Permainan: Kepak Sayap Harapan di Bumi Ketidakberdayaan

Komentar

  1. Kereen, ikut teringat sosok beliau yang berpulang dahulu, walaupun berusaha menolak perasaan sedih ini, namun perlahan lahan mengoyak diriku ini yang lemah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyanyian Batu Naoma

Mewariskan Semur di Dalam Dapur Indis